Wanitapedia – Jadi orang kaya ialah mimpi semuanya orang. Beberapa orang usaha keras supaya bisa memupuk kekayaan dan berlimpah harta.
Tetapi, apa yang terjadi jika kekayaan yang didapat malah asal dari penipuan?
Minimal tersebut yang terjadi pada Elizabeth Hormes, wanita asal AS yang drop-out dari Stanford University. Elizabeth diketahui mulai tampil ke public pada 2014 lalu.
Ia yang waktu itu berumur 30 tahun mengenalkan diri sebagai pendiri startup namanya Theranos. Mencuplik BBC (4/10/2023), Theranos yang dibuat olehnya semenjak 2003 sukses mempunyai valuasi capai US$ 9 miliar atau sama dengan Rp 135 triliun.
Perusahaan itu berusaha mengangkat slogan revolusi dunia kesehatan karena sanggup tawarkan tehnologi yang revolusioner. Perusahaan mengeklaim sanggup lakukan beberapa ratus test darah secara umum untuk bermacam keluh kesah klinis.
Mulai dari cholesterol sampai analitis genetik yang kompleks. Semua dilaksanakan cuma melalui satu tusukan jarum.
Sistem ini tentu saja dengan konservatif masalah pengujian darah. Semuanya orang tahu untuk menganalisis penyakit lewat darah dibutuhkan beberapa langkah akurat sama sesuai pengetahuan kedokteran.
Darah diambil, dibawa ke laboratorium, dikaji dan dipublikasi. Prosesnya memerlukan waktu dan ongkos.
Ringkas, usaha Elizabeth itu mengundang perhatian orang. CNN International 2022 lalu tuliskan banyak pesohor beri pujian dan menghargai. Seperti Presiden AS George Bush, jutawan paling kaya dari keturunan Walton, sampai pebisnis lain.
Disini, saluran investasi mengucur cepat. Theranos bukan hanya sanggup menggandeng investor kelas kakap, tapi juga sukses menggandeng banyak figure public terkenal menjadi anggota dewan direksi dan komisaris di perusahaan kepunyaannya.
Semenjak itu Elizabeth dikasih banyak sanjungan. Dan semua itu makin memperlihatkan integritas Elizabeth sebenarnya.
Beragam media nasional AS selanjutnya memberitakannya sebagai ‘The next Steve Jobs’ karena keahliannya memutar dunia tehnologi. Forbes pada 2015 menobatkannya sebagai ’30 under 30′ dengan harta US$ 4,lima juta atau Rp 70 miliar.
Lalu, Time memasukkan ke dalam daftar “Time’s 100 Most Influential People of 2015”. Semua masukkan mukanya di sampul khusus.
Sampai pada akhirnya, sepintar-pintarnya bangkai tertutupi baunya masih tetap tercium . Harian Wall Street Journal (WSJ) memublikasikan interograsi pada 2015 dengan judul “Hot Startup Theranos Has Struggled With Its Blood-Test Technology” dan hasilnya ungkap Elizabeth dan Theranos bisa dibuktikan berbohong.
WSJ menyebutkan Theranos bisa dibuktikan lakukan beberapa test darah yang diuraikan saat promo diambil dari lengan, bukan tusukan jarum pada tangan. Semenjak tersebut, banyak faksi berprasangka buruk.
Keraguan itu selanjutnya berbuntut pada penghentian hubungan banyak beberapa perusahaan Theranos. Semua media nasional yang dahulu beri pujian wanita kelahiran 3 Februari 1984 ini berbeda arah.
Tidak ada satu juga media yang tidak menyebutnya sebagai penipu ulung. Termasuk menggemborkan jika Theranos ialah startup bodong. Tehnologinya tidak berperan sama sekalipun.
Sampai pada akhirnya, satu demi satu faksi yang dirugikan lakukan tuntutan ke kepolisian atas kasus penipuan. Di posisi ini Elizabeth juga kalang-kabut dan berusaha bela diri. Tetapi, itu semua semua percuma.
Mencuplik New York Times, pada 2018 Theranos bikinannya juga buyar. Pucuknya terjadi pada November 2022 lalu saat ia ditetapkan bersalah dan dihukum 11 tahun dan tiga bulan penjara, dan denda US$ 452 juta atau Rp 6,7 triliun.
Semua hartanya sebesar Rp 70 miliar ikut juga diambil alih. Sekarang, ia ada dibalik jeruji besi sebagai seorang pesakitan miskin yang melakukan aktivitas jauh dari berlimpah harta.
